Sen. Des 4th, 2023

Harian Deteksi  – Saham PT United Tractors Tbk (UNTR) terpuruk tahun ini. Tercatat hingga perdagangan hari ini, Kamis (2/11/2023) pukul 10.12 WIB harga saham anak Astra tersebut ambrol 7,7% ke Rp24.075 per saham.

Performa tahun ini berbanding terbalik pada tahun lalu saat harga saham UNTR mampu mencapai Rp36.200 per saham. Pada akhir tahun 2022 saham UNTR berada di zona hijau dengan penguatan sebesar 17%.

Performa saham negatif UNTR akibat dari kondisi pasar komoditas global saat ini sedang fase bearish, tidak efisien, dan beban keuangan yang melonjak sehingga performa keuangan UNTR hingga sembilan bulan pertama 2023 melambat. Pada akhirnya investor pun memandang pesimis saham UNTR.

Sepanjang sembilan bulan pertama, UNTR memperoleh laba yang diatribusikan kepada pemilik induk sebesar Rp15,35 triliun. Perolehan tersebut menyusut 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) yakni sebesar Rp15,87 triliun.

Laba minus yang dibukukan oleh UNTR disebabkan oleh beberapa faktor. Berawal dari pendapatan yang tumbuh moderat, marjin laba yang turun, hingga lonjakan beban bunga utang yang harus dibayar.

UNTR sepanjang sembilan bulan pertama 2023 mampu membukukan pendapatan Rp97,6 triliun, naik 7% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Pertumbuhan pendapatan ini dipengaruhi oleh penjualan segmen batu bara dan alat berat yang masing-masing tumbuh 18% you dan 5% yoy.

Saat pendapatan tumbuh moderat, beban penjualan bertumbuh lebih tinggi dari moderat. Alhasil marjin laba kotor pun menyusut.

Sebenarnya beban UNTR untuk bahan baku menyusut, tapi beban karyawan yang meningkat kemudian membuat jumlah beban pokok penjualan turut makin mahal.

Beban karyawan merupakan komponen yang terbesar kedua setelah bahan pokok yakni dengan bobot 11,2% dari keseluruhan beban UNTR. Jumlahnya Rp8,5 triliun pada periode Januari-September 2023 dan meningkat sebesar 17,6% yoy.

Kenaikan jumlah beban karyawan naik seiring dengan jumlah karyawan yang juga meningkat.

Menurut laporan keuangan, jumlah karyawan UNTR per 31 September 2023 adalah 36.261 orang. Sementara per 31 Desember 2022 sebesar 32.679. Artinya ada kenaikan 3.582 orang atau 10,96%.

Saat performa melambat, UNTR menambah jumlah karyawan sekaligus menaikkan gaji karyawan sehingga bisa dikatakan kurang efisien akhirnya marjin laba kotor ikut tergerus.

Selain itu beban keuangan UNTR juga meningkat drastis akibat dari lonjakan biaya bank sebesar 74% yoy.

Potensi Meredup Seiring Harga Batu Bara Global Mendingin

Kinerja UNTR berpotensi melemah seiring dengan pasar komoditas yang saat ini berada di fase bearish terutama batu bara.

Hal ini akan berdampak kepada investor terkait dividen yang diterima berpotensi turun.

Harga batu bara dunia diprediksi akan makin menurun pada 2023 dan 2024. Hal ini tentu saja akan berdampak pada kinerja pendapatan UNTR. Terlebih lagi tulang punggung UNTR pada bisnis batu bara.

Segmen penjualan alat berat UNTR pun lebih banyak berjualan untuk tambang batu bara. Selain itu segmen terbesar UNTR juga penjualan batu bara.

Perkiraan harga batu bara global pada 2023 diperkirakan akan lebih rendah dari 2022 dan pada 2024 akan lebih rendah lagi.

Akibatnya permintaan terhadap alat berat untuk batu bara berpotensi menurun. Selain itu, harga rata-rata jual batu bara juga akan menurun sehingga akan berdampak pada hilangnya pundi-pundi uang UNTR ke depan.

Berdasarkan konsensus pendapatan UNTR pada 2023 dan 2024 akan susut menjadi Rp19,5 triliun dan Rp16,5 triliun sejalan dengan harga batu bara.

Sementara itu dari segmen emas walaupun saat ini menguat akibat perang. Namun pengaruh besar pandangan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserves (The Fed) masih akan menjadi batu sandungan bagi segmen emas.

Sebab harga emas, komoditas yang tidak memberikan imbal hasil, akan meredup seiring dengan pandangan The Fed yang masih akan hawkish.

Pada akhirnya harga jual emas akan turun sehingga hal ini akan berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan yang juga akan susut.

Adapun harapan UNTR ada di bisnis nikel, di mana perusahaan baru saja melakukan akuisisi terhadap perusahaan produsen nikel.

Melalui entitas usahanya, PT Danusa Tambang Nusantara (DTN) mengakuisisi PT Anugerah Surya Pacific Resources yang bergerak di bidang aktivitas perusahaan holding atas perusahaan tambang nikel dan kegiatan usaha lainnya terkait nikel (ASPR).

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), DTN telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (Conditional Shares Sale and Purchase Agreement/CSPA) pada tanggal 16 Oktober 2023.

Nilai keseluruhan atas Transaksi adalah sebesar US$ 104,9 juta atau setara dengan Rp 1.65 triliun. Tujuan Transaksi ini adalah untuk menambah portofolio diversifikasi kegiatan usaha Perseroan sebagai bagian dari strategi berkesinambungan dan melanjutkan pengembangan lebih luas dari grup usaha di bidang nikel.

Valuasi Atraktif

Meskipun memiliki potensi pelemahan kinerja keuangan, UNTR memiliki valuasi yang atraktif atau saat ini bisa dikatakan murah.

Menggunakan valuasi P/E Band yakni melihat valuasi price earning ratio secara historis, valuasi UNTR saat ini berada di bawah garis standar deviasi -1 yang berarti relatif murah.

Saat ini PE UNTR berada di 5,05 kali dengan garis standar deviasi -1 berada di 6,2 kali. Secara historis, jika P/E menyentuh di level 4,8 kali – 5 kali ada potensi naik ke garis standar deviasi -1. Sehingga masih ada potensi kenaikan harga sebesar 24%.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *