Harian deteksi- Rezim neo-Nazi yang bermula di Ukraina setelah 2014”
Hiasan karnaval yang menampilkan oligarki Rusia Yevgeny Viktorovich Prigozhin, salah satu pendiri perusahaan tentara bayaran yg didukung negara Rusia, Wagner Group, yang memiliki enam lengan dengan bendera Ukraina, Jerman, Eropa, NATO, AS, dan Inggris, menyamakan semuanya dengan Nazi di Duesseldorf, Jerman barat.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, berbicara kepada para penduduk Rusia dalam pidatonya yg berlangsung selama hampir dua jam di Moskow, Selasa (21/2).
Putin mengutarakan sejumlah klaim tentang perang di Ukraina dan bersikap sangat kritis terhadap negara-negara Barat.
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara selama pertemuan tahunannya dengan Majelis Federal pada 21 Februari,.
Putin telah berulang kali membuat klaim tanpa dasar mengenai keberadaan ‘rezim neo-Nazi’ di Ukraina.
Padahal, dalam pemilihan parlemen terakhir di Ukraina pada 2019, suara dukungan untuk kandidat dari faksi sayap-kanan hanya 2%.
Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan sebagian besar negara-negara Eropa lainnya.
Selain itu, perlu diingat juga bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky adalah orang Yahudi dan ada pula beberapa anggota keluarganya yg tewas akibat Holokos.
Meski demikian, kelompok-kelompok kecil sayap kanan memang ada di Ukraina. Salah satu kelompok yg paling populer adalah resimen Azov.
Kelompok-kelompok tersebut menggaungkan elemen-elemen yang menunjukkan dukungan terhadap ideologi Nazi.
Kelompok sayap kanan dibentuk untuk melawan kelompok separatis di wilayah Ukraina timur pada 2014 yg didukung Rusia. Kelompok sayap kanan ini kemudian diserap menjadi unit tentara Ukraina.
“Salah satu pasukan Ukraina… diberi nama Edelweiss, sama seperti divisinya Hitler”
Putin membandingkan sebuah unit pasukan Ukraina dan Divisi Pegunungan pertama Nazi yang menggunakan simbol bunga Edelweiss pada lencana mereka.
Divisi Nazi tersebut menjalankan sejumlah kejahatan perang dalam Perang Dunia II.
Pada Selasa (14/2), Presiden Zelensky memberi nama kehormatan terhadap Pasukan Serangan Gunung ke-10, yaitu Edelweiss.
Keesokan harinya, Kementerian Luar Negeri Rusia meggarisbawahi tindakan tersebut sebagai bukti keberadaan rezim Nazi di Ukraina dalam sebuah cuitan.
Akan tetapi, yang perlu diketahui adalah bunga Edelweiss – yang tumbuh di wilayah Alpen –lazim digunakan sebagai lambang oleh pasukan pegunungan negara-negara Eropa lainnya, seperti Layanan Penyelamatan Gunung Kroasia, pasukan Angkatan Darat Swiss, dan Pasukan Senapan ke-21 Polandia.
Bahkan, Rusia juga pernah memiliki unit khusus yang dinamakan Edelweiss.
Detasemen tujuan khusus ke-17 Rosgvardia diberi gelar ini pada 2011.
Kemudian, nama tersebut diubah menjadi Avanguard pada 2016.
“Kami juga mengingat upaya pemerintahan Kyiv untuk mendapatkan senjata nuklir, karena mereka membicarakannya secara terbuka”
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni memegang dokumen yang ditandatangani pada konferensi pers pada Selasa (21/2).
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Ukraina berusaha untuk memperoleh senjata nuklir. Putin yang sudah pernah menyatakan hal ini sebelumnya, juga tidak memberi bukti.
Ketika Ukraina masih menjadi bagian dari Uni Soviet, senjata nuklir disimpan di Ukraina.
Tetapi, pada 1994 Ukraina ikut menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir dan menyerahkan senjata nuklir mereka dengan jaminan keamanan sebagai gantinya.
Pada 2021, duta besar Ukraina untuk Jerman, Andriy Melnyk, mengatakan bahwa jika Ukraina tidak dapat bergabung dengan NATO, negara tersebut mungkin harus mempertimbangkan kembali status bebas nuklirnya.
Pada 2022, Presiden Zelensky menyatakan meskipun Ukraina telah ‘meninggalkan’ kemampuan nuklirnya, mereka ‘tidak punya keamanan’.
Namun, pemerintah Ukraina belum pernah menyatakan keinginan untuk memperoleh senjata nuklir dan sebuah dokumen berisi strategi militer yang diterbitkan pada 2021 tidak menyebut senjata nuklir.
Badan pengawas aktvitas nuklir milik PBB, yakni Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengatakan mereka tidak menemukan tanda-tanda Ukraina hendak melakukan “pengalihan bahan nuklir, yang dimaksudkan untuk kegiatan damai, atau tujuan lainnya.”
“PDB pada 2022 hanya turun 2,1% dan saya mengingatkan Anda bahwa pada Februari atau Maret mereka memprediksi keruntuhan ekonomi Rusia“
Kristalina Georgieva (kiri), Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), dan Kanselir Jerman Olaf Scholz (kanan), berbicara kepada media setelah pembicaraan di Kanselir pada 29 November 2022
Putin benar dalam mengatakan ekonomi Rusia tidak menurun sebanyak yg diperkirakan.
Lembaga statistik Rusia mengatakan kondisi ekonomi yg tercermin oleh PDB menurun sebanyak 2,1%, dekat dengan estimasi 2,2% yg tercantum dalam laporan terbaru Dana Moneter Internasional (IMF).
Pelemahan itu masih menjadikan Rusia negara dengan kinerja terburuk dalam daftar IMF, tetapi organisasi tersebut menegaskan bahwa Rusia telah mengalami kontraksi lebih kecil dari yang diperkirakan.
IMF mengatakan bahwa perdagangan Rusia dialihkan ke negara-negara yg tidak menerapkan sanksi terhadapnya.
India dan China telah menjadi pembeli minyak Rusia terbesar, sedangkan negara-negara Barat membatasi pembelian minyak RUsia dan menjatuhkan sanksi.
Pada Juli 2022, IMF memperkirakan kontraksi 6% dalam PDB Rusia untuk tahun tersebut.