Harian deteksi- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak 1 usulan gencatan senjata sementara dengan kelompok milisi Palestina, Hamas dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Tel Aviv.
Saat ini pertempuran antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Hamas telah memasuki pekan kelima.
Dalam pertemuan itu, Netanyahu dan Blinken membahas seruan AS agar Israel menyetujui jeda kemanusiaan dalam serangannya di Gaza untuk memungkinkan pengiriman bantuan. Namun Netanyahu mengatakan sampai semua sandera dibebaskan, kesepakatan seperti itu tidak bisa diterapkan.
Sementara itu, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan dia “sangat terkejut” dengan laporan ledakan di luar rumah sakit terbesar di Kota Gaza, Al-Shifa.
“Pasien, petugas kesehatan, fasilitas kesehatan, dan ambulans harus dilindungi setiap saat,” kata Ghebreyesus.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan sedikitnya 13 orang tewas dalam insiden itu dan menyalahkan serangan udara Israel.
Dalam sebuah pernyataan, para pejabat Hamas mengatakan pasukan Israel menargetkan “konvoi ambulans yang membawa korban luka” dari Al-Shifa menuju perbatasan Rafah di Jalur Gaza selatan.
IDF membenarkan bahwa pihaknya telah mengebom sebuah ambulans, yang disebut sedang digunakan oleh agen Hamas. Namun tidak disebutkan di mana serangan itu terjadi.
Mark Regev, penasihat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada Channel 4 bahwa Israel yakin Hamas telah “mendirikan pusat komando” di bawah rumah sakit Al-Shifa.
Regev melanjutkan dengan mengatakan jika mereka membangun konstruksi semacam itu di bawah infrastruktur sipil, maka hal itu bisa menjadi “target yang sah”.
Thomas White, direktur urusan badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), mengatakan semakin sedikit yang bisa dilakukan PBB untuk melindungi warga Palestina yang berusaha berlindung dari pertempuran.
“Mari kita perjelas, tidak ada tempat yang aman di Gaza saat ini,” katanya.
Pengepungan di Gaza
Sebelumnya, militer Israel mengatakan pihaknya telah “menyelesaikan pengepungan Kota Gaza”.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari, mengatakan pasukannya telah menyerang pos-pos terdepan, markas besar, dan infrastruktur lain yang digunakan oleh Hamas.
Terletak di utara Jalur Gaza, Kota Gaza adalah bagian terpadat dari jalur tersebut sebelum serangan dimula. Namun pada 13 Oktober Israel memerintahkan warga sipil di Gaza utara untuk pindah ke selatan.
Tidak jelas berapa banyak warga sipil yang saat ini berada di Kota Gaza, namun gambar yang diambil pada Kamis (02/11) menunjukkan kerusakan yang meluas di seluruh kota dan jalan-jalan yang kosong.
PBB mengatakan empat sekolahnya di Gaza yang digunakan sebagai tempat perlindungan telah rusak dalam waktu kurang dari 24 jam setelah rekaman menunjukkan terjadinya dua ledakan di sekolah.
Lembaga tersebut mengatakan satu kerusakan terjadi di kamp pengungsi Jabalia, yang terbesar di Jalur Gaza, dilaporkan menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai lima lainnya.
Dikatakan sekolah lain di kamp pengungsi Al-Shati juga rusak dan satu anak dilaporkan tewas. Kedua lokasi tersebut berada di utara Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan, badan tersebut mengatakan insiden itu terjadi setelah dua hari pengeboman besar-besaran di daerah tersebut.
PBB menyebut: “Lebih jauh ke selatan, dua sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan di Kamp Pengungsi Al Bureij terkena serangan. Dua orang dilaporkan tewas dan 31 lainnya luka-luka.”
Seorang pria duduk di tengah-tengah puing reruntuhan dengan sejumlah warga Palestina melakukan pencarian korban di bawah reruntuhan setelah bombardir tentara Israel di kamp pengungsi Jabalia, Gaza, pada 1 November 2023
Kementerian kesehatan di Gaza mengatakan lebih dari 9.000 warga Palestina dilaporkan tewas terbunuh di Jalur Gaza sejak 7 Oktober silam, ketika konflik terbaru antara Israel dan Hamas pecah.
Jumlah itu termasuk 3.760 anak yang meninggal dunia, sementara 32.000 lainnya terluka, menurut kementerian kesehatan.
Israel telah memborbardir Gaza dengan serangan udara sejak Hamas melakukan serangan terhadap Israel yang menewaskan lebih dari 1.400 orang, dan menyandera lebih dari 200 warga dan tentara Palestina.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan sebanyak 242 orang kini disandera di Gaza.
Hamas menyebut mereka menyembunyikan para sandera di penjuru Gaza, termasuk terowongan bawah tanah mereka.
Oleh karena itu, Israel mengatakan militernya kini menargetkan infrastruktur Hamas, termasuk terowongan dan peluncur roket.
Sementara itu, diperkirakan akan semakin banyak orang yang meninggalkan Gaza melintasi perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir.
Ratusan warga negara asing meninggalkan Gaza, bagaimana dengan WNI?
Sebelumnya, sebanyak 335 orang pemegang paspor asing dan 76 warga Palestina yang mengalami luka-luka telah meninggalkan Gaza melalui pintu perbatasan Rafah – untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir.
Pembukaan pintu perbatasan Rafah ini membuka peluang bagi Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk mengevakuasi para warga negara Indonesia dari Gaza ke Mesir.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan tim Kemlu dari Kairo sudah berada di Rafah pada Rabu (01/11) untuk mempersiapkan kemungkinan evakuasi.
“Diperoleh informasi kemungkinan pergerakan evakuasi WNA, termasuk WNI, melalui pintu Rafah kemungkinan, sekali lagi kemungkinan, akan dapat segera dilakukan,” ungkap Retno sebagaimana dikutip dari situs Kemlu RI.
Retno mewanti-wanti bahwa situasinya sangat dinamis dan evakuasi kemungkinan tidak dilakukan secara sekaligus.
“Pergerakan kemungkinan besar tidak akan dapat dilakukan secara sekaligus, tetapi bertahap dan dengan mengutamakan keselamatan. Sekali lagi, dengan mengutamakan keselamatan.
“Betul-betul situasi sangat dinamis. Tapi yang kita perlu pastikan adalah kalau toh ada perjalanan, maka perjalanan itu sudah mendapat jaminan keamanan dari semua pihak sehingga evakuasi dapat dilakukan dengan selamat,” papar Retno.
Perbatasan Rafah dari Gaza ke Mesir dibuka untuk pertama kalinya sejak Israel melakukan serangan balasan atas serangan milisi Hamas pada 7 Oktober silam.
Selain ratusan warga yang meninggalkan Gaza menuju Mesir, sebanyak 20 truk pengangkut bantuan diizinkan masuk ke Gaza dari Mesir.
Sementara itu, di Gaza, layanan telepon dan internet terputus total, kata penyedia layanan komunikasi Paltel.
Israel telah mengebom Gaza sejak serangan Hamas 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang dan 239 orang diculik sebagai sandera.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 8.700 orang telah tewas sejak pemboman balasan Israel dimulai.
Sebelumnya, militer Israel membenarkan bahwa jet-jet tempurnya telah menggempur kamp pengungsi Jabalia di Gaza. Israel mengeklaim serangan tersebut menyebabkan runtuhnya infrastruktur bawah tanah Hamas dan menewaskan seorang komandan senior Hamas.
Foto-foto dari tempat kejadian menunjukkan gempuran Israel menyebabkan kawah besar dan sejumlah bangunan di sekitarnya ambruk. Beberapa foto lainnya menunjukkan korban tewas mencakup anak-anak.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan sedikitnya 50 orang tewas, sedangkan Komunitas Bulan Sabit Merah Palestina menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 25 orang. Seorang dokter di Gaza mengatakan kepada BBC bahwa rumah sakitnya telah menerima 120 orang tewas.
Tamara Al-Rifai dari badan PBB untuk Palestina, UNRWA, mengatakan kepada BBC bahwa Jabalia adalah kamp pengungsi yang sangat miskin. Bahkan “sebagian besar penduduknya bergantung pada bantuan”.