Harian Deteksi – Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) sedang mengembangkan roket canggih yang bisa digunakan kembali di masa mendatang. Ini menjadi menjadi trobosan besar mengingat roket hanya diperuntukkan untuk sekali pakai dan sering menjadi limbah antariksa.
Dilansir dari Space News, Jumat (6/10/2023), peluncurnya akan dirancang bersama oleh JAXA dan Mitsubishi Heavy Industries (MHI). Pesawat ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan muatan sekaligus mengurangi biaya peluncuran.
Langkah ini disetujui oleh rencana dasar kebijakan luar angkasa Jepang, yang direvisi pada 13 Juni tahun ini. Rencana tersebut mencatat penelitian dan pengembangan roket generasi berikutnya untuk mengikuti roket H3 baru.
“Sesuai dengan rencana dasar kebijakan luar angkasa, JAXA memulai penelitian pada roket generasi baru yang memiliki fungsi dapat digunakan kembali pada tahap pertama dengan MHI,” kata juru bicara JAXA.
Untuk diketahui, H3 adalah roket sekali pakai yang dimaksudkan sebagai penerus roket H-2A yang lebih mumpuni dan hemat biaya. Pesawat ini melakukan penerbangan pertamanya pada bulan Maret, tetapi masalah tahap kedua mengakibatkan hilangnya misi tersebut.
Kedua roket tersebut ditenagai oleh campuran propelan hidrogen cair-oksigen cair. Namun pilihan bahan bakar untuk roket baru ini sedang dipelajari, kemungkinan akan menggunakan etana cair, alih-alih hidrogen.
JAXA mengatakan pihaknya menargetkan pengurangan biaya per kilogram ke orbit rendah Bumi (LEO) sekitar setengahnya dibandingkan dengan H3. Hal ini juga akan memungkinkan peningkatan frekuensi peluncuran.
Sejauh ini hanya sedikit rincian yang ditetapkan. Namun uang jelas JAXA menyebut bahwa saat ini pihaknya sedang melakukan studi secara seksama terhadap roket baru tersebut, yang diharapkan mampu mengantarkan kendaraan kargo ke Bulan.
Rencana dasarnya mengatakan roket tersebut akan siap pada tahun 2030-an sebagai bagian dari rencana transportasi luar angkasa. Proyek ini berpotensi diperluas untuk mendukung penggunaan kembali secara penuh dan penerbangan luar angkasa manusia.