Jum. Des 1st, 2023

Harian Deteksi – Eskalasi yang terjadi antara kelompok Hamas Palestina dan pasukan Israel di Jalur Gaza tak hanya menyebabkan kerusakan, tetapi juga membuat hidup warga sipil semakin sulit.

Sejak serangan terjadi pada Sabtu pekan lalu, serangan Israel telah menyebabkan kerusakan signifikan pada puluhan bangunan tempat tinggal, kantor perusahaan telekomunikasi, hingga gedung fakultas Universitas Islam Gaza.

Rimal, salah satu area lingkungan terkaya di Kota Gaza dan biasanya paling tenang, juga sempat mengalami ledakan dahsyat sepanjang Senin malam. Anak-anak menjerit dan tak seorang pun penduduk yang bisa tidur sejenak dalam situasi tersebut.

Seorang warga Rimal, Mohammed Abu al-Kass, menyesalkan situasi yang terjadi saat ini. Sambil menggendong putrinya Shahd di jalan, ia mengatakan telah kehilangan segalanya.

“Saya kehilangan segalanya. Apartemen saya, tempat tinggal kelima anak saya, ada di sini, di gedung ini. Toko kelontong saya di bawah gedung hancur,” katanya, seperti dikutip BBC International, Rabu (11/10/2023).

“Ke mana kami pergi? Kami menjadi tunawisma. Tidak ada lagi tempat berlindung atau pekerjaan bagi kami.” tegasnya.

“Apakah rumah dan toko kelontong saya menjadi sasaran militer, Israel?” tambahnya, menuduh militer Israel berbohong ketika mengatakan mereka tidak menargetkan warga sipil.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan sekitar 300 orang, dua pertiganya adalah warga sipil, tewas dalam serangan Israel di Gaza pada Senin.

Setidaknya 15 orang tewas di kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk, timur laut Kota Gaza, pada sore hari. Militer Israel mengatakan pihaknya menargetkan rumah seorang komandan Hamas namun banyak orang yang berada di pasar terdekat atau di rumah tetangga tewas.

Menurut Kementerian Kesehatan, jumlah korban tewas secara keseluruhan di Gaza sejak Sabtu kini mencapai 900 orang, termasuk 260 anak-anak. Sementara sebanyak 4.500 orang lainnya terluka.

Krisis kemanusiaan yang sudah parah di wilayah kecil dan padat penduduk ini juga semakin parah. Sebanyak 2,2 juta penduduknya kehabisan makanan, bahan bakar, listrik dan air, setelah pemerintah Israel memerintahkan pengepungan total dan memutus semua pasokan Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas.

“Dapatkah Anda bayangkan kita hidup tanpa listrik atau air di abad ke-21? Bayi saya kehabisan popok dan hanya tersisa setengah botol susu,” kata Waad al-Mughrabi sambil memandangi rumahnya yang hancur di Rimal.

“Apakah anakku yang menyerang Israel?” tambahnya lirih.

Sementara itu juga tak ada jalan keluar bagi warga yang ingin meninggalkan Gaza melalui perbatasan Rafah dengan Mesir. Biasanya hanya 400 orang yang diperbolehkan masuk atau keluar dalam sehari.

Namun serangan udara Israel pada Senin dan Selasa menghantam gerbang masuk di sisi Palestina. Ini  menghentikan penyeberangan apa pun.

Hal ini telah memaksa sebagian besar dari 200.000 orang yang meninggalkan rumah mereka untuk berlindung di sekolah-sekolah yang dikelola PBB. Beberapa orang melarikan diri karena ketakutan, sementara yang lain menyaksikan rumah mereka hancur akibat serangan udara.

Beberapa warga Gaza memilih berlindung di ruang bawah tanah. Namun mereka berisiko terjebak di dalam jika bangunan di atasnya runtuh.

Sekitar 30 keluarga terjebak di satu ruang bawah tanah saja pada Senin malam. Serangan Israel pada Senin malam telah menunjukkan bahwa tidak ada lagi tempat yang aman.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *