Kam. Nov 30th, 2023

Harian Deteksi – Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sepakat menetapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada 2024. Level pertumbuhan tersebut mencerminkan optimisme Indonesia di tengah masih besarnya badai guncangan global.

Indonesia memang akan dihadapkan pada tantangan global, mulai dari suku bunga tinggi, inflasi, dan perang Rusia-Ukraina. Tantangan tersebut memang bisa menggoyang ekonomi nasional.

Namun, dengan konsumsi masyarakat yang melaju kencang, investasi yang terus meningkat, serta peran besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maka target 5,2% menjadi masuk akal.

Untuk mendukung pertumbuhan, pemerintah melalui APBN 2024 siap membelanjakan belanja sebesar Rp3.325,11 triliun. Belanja tersebut naik 8,6% dibandingkan pada tahun ini.

Salah satu faktor pendorong ekonomi Indonesia tahun depan adalah perhelatan pemilihan umum (pemilu), mulai dari konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah.

Pemilu juga akan mendongkrak aktivitas ekonomi mulai dari usaha percetakan dan merchandising, terutama bagi UMKM di berbagai daerah. Investasi diperkirakan meningkat setelah suasana politik stabil era pemilu.

Pemerintah melihat kondisi ekonomi global masih diliputi ketidakpastian pada tahun mendatang. Melemahnya ekonomi China, masih tingginya suku bunga, ketegangan geopolitik, perubahan iklim, lonjakan harga minyak, serta perlambatan perdagangan global bisa menekan pertumbuhan ekonomi domestik.

Tekanan inflasi yang tinggi telah mendorong pengetatan kebijakan moneter di banyak negara, terutama di negara maju yang berakibat pada ketatnya likuiditas dan meningkatnya volatilitas di sektor keuangan global.

Harga minyak juga masih rawan melonjak karena keputusan negara eksportir minyak (OPEC). Harga minyak bahkan melaju kencang pada September 2023 dan mendekati US$ 100 per barel.

Bila harga minyak melonjak maka inflasi di tingkat global dan nasional bisa terus meningkat sehingga suku bunga sulit turun.

Tantangan yang masih besar itulah yang digarisbawahi Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menyampaikan Pendapat Akhir Pemerintah terhadap Rancangan Undang-Undang APBN 2024, di Jakarta, Kamis (21/9).

“Kami menyampaikan gambaran gejolak ekonomi dan dinamika global saat ini tidak untuk membuat kita khawatir atau pesimis,” tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Sri Mulyani menegaskan dengan tantangan yang besar maka APBN 2024 diharapkan menjadi instrumen utama dan diandalkan dalam mengelola berbagai potensi gejola

Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh solid di kisaran 5% di tengah kencangnya guncangan guncangan eksternal. Konsumsi masyarakat dan investasi yang kuat menjadi modal besar bagi Indonesia untuk mendongkrak pertumbuhan.

Kencangnya konsumsi ini bahkan membuat Asian Development Bank (ADB) merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.

ADB dalam laporannya Asian Development Outlook (ADO) September 2023 memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5% pada 2023 dan tahun 2024 mendatang. Outlook September ini merevisi laporan pada April sebelumnya yang meramal ekonomi Indonesia tumbuh lebih rendah yakni tumbuh 4,8% pada 2023.

Inflasi yang rendah serta kencangnya konsumsi rumah tangga menjadi alasan ADB merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi Indonesia.ADB juga melihat sektor jasa dan pariwisata Indonesia sudah berjalan mendekati era pra-pandemi.

Pertumbuhan konsumsi dalam mendorong pertumbuhan ternyata lebih besar dibandingkan yang kami perkirakan sebelumnya. Hari libur keagamaan dan bonus pekerja menggenjot pertumbuhan,” tutur ADB dalam laporannya yang terbit pada Rabu (20/9/2023).

ADB juga menjelaskan jika kebijakan fiskal dan moneter sudah tepat untuk mendukung siklus pertumbuhan. “Sektor keuangan juga stabil dan risiko eksternal terkendali,”tulis ADB.

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia ekonomi Indonesia tumbuh 5,17% (year on year/yoy) pada kuartalII-2023.Pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022 atau tiga kuartal terakhir.

Konsumsi masyarakat tumbuh 5,23%(yoy) atau tertinggi dalam tiga kuartal. Investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 4,63% (yoy) atau tertinggi dalam tiga kuartal terakhir.

Masih solidnya ekonomi RI juga ditopang oleh membaiknya aktivitas manufaktur yang tercermin melalui Purchasing Managers’ Index (PMI).

PMI manufaktur Indonesia ada di angka 53,39 pada Agustus 2023. Indeks menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2021 atau 22 bulan terakhir atau hampir dua tahun.
Data hari ini juga menunjukkan PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 25 bulan terakhir.

Neraca dagang juga masih mencatatkan surplus pada Agustus 2023 sebesar US$ 3,12 miliar. Dengan demikian, Indonesia sudah membukukan surplus selama 40 bulan beruntun.

 

Inflasi Indonesia melandai dengan cepat dari 5,95% (yoy) pada September 2022 menjadi 3,27% (yoy) pada Agustus 2023. Inflasi inti juga sudah melandai dari 3,36% (yoy) pada Desember 2022 menjadi 2,18% (yoy) pada Agustus 2023.

inflasi yang melandai diharapkan bisa menopang pertumbuhan konsumsi ke depan, terutama karena daya beli akan meningkat.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *