Jum. Des 1st, 2023
-milisi

Harian deteksi- Pertanyaan tentang keterlibatan Iran – musuh bebuyutan Israel – mengemuka tak lama setelah serangan mendadak dan Mematikan yang dilakukan kelompok milisi Hamas terhadap warga Israel di sekitar Jalur Gaza.

Sebuah laporan yang diterbitkan surat kabar Wall Street Journal mengutip anggota Hamas yang tidak disebutkan namanya dan gerakan gerilya Hizbullah di Lebanon yang mengatakan bahwa Iran memberi lampu hijau pada serangan itu sepekan lalu.

Namun seorang pejabat senior bidang pertahanan di Washington, Amerika Serikat (AS) kemudian mengatakan bahwa AS “saat ini tidak memiliki informasi” untuk menguatkan tuduhan spesifik mengenai peran Iran dalam serangan tersebut.

Terlepas dari itu, taruhan atas kebenaran keterlibatan Iran dalam serangan itu sangatlah besar. Jika ternyata Iran berada di balik serangan tersebut, hal ini berpotensi memperluas konflik menjadi konfrontasi regional.

Meski para pemimpin Iran merayakan dan memuji serangan tersebut, mereka dengan cepat menyangkal keterlibatannya.

“Tuduhan terkait dengan peran Iran… didasarkan pada alasan politik,” kata Kementerian Luar Negeri Iran.

Iran tidak melakukan intervensi “dalam pengambilan keputusan negara lain”, tambah juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran.

Namun semua ini tidak berarti Iran tidak terlibat.

Ghazi Ahmad, juru bicara Hamas, berkata pada BBC bahwa kelompok itu mendapat dukungan langsung dari Iran – yang berjanji untuk “berdiri bersama pejuang Palestina hingga pembebasan Palestina dan Jerusalem – untuk melakukan serangan.

AS menyebut negara itu “belum” mendapat bukti bahwa Iran berada di balik serangan. Akan tetapi, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken menegaskan bahwa memang “ada hubungan jangka panjang” antara Iran dan Hamas.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berkata Washington belum mendapat bukti bahwa Iran berada di balik serangan.

Iran adalah salah satu sponsor Hamas

Teheran telah menjadi sponsor utama Hamas selama bertahun-tahun, menyokong kelompok milisi itu dengan dukungan finansial dan persenjataan , termasuk roket, dalam jumlah besar.

Selama bertahun-tahun Israel telah mencoba menghalau pasokan Iran ke Gaza, yang melintasi Sudan, Yaman, kapal di Laut Merah dan penyelundup Bedouin di Semenanjung Sinai.

Sebagai salah satu musuh bebuyutan Israel, Iran terang-terangan berminat melihat Israel menderita.

“Menurut saya, tidak berlebihan jika berasumsi bahwa Iran terlibat,” kata Haim Tomer, mantan perwira senior di badan intelijen luar negeri Israel, Mossad, kepada BBC.

Iran adalah salah satu sponsor Hamas

Teheran telah menjadi sponsor utama Hamas selama bertahun-tahun, menyokong kelompok milisi itu dengan dukungan finansial dan persenjataan , termasuk roket, dalam jumlah besar.

Selama bertahun-tahun Israel telah mencoba menghalau pasokan Iran ke Gaza, yang melintasi Sudan, Yaman, kapal di Laut Merah dan penyelundup Bedouin di Semenanjung Sinai.

Sebagai salah satu musuh bebuyutan Israel, Iran terang-terangan berminat melihat Israel menderita.

“Menurut saya, tidak berlebihan jika berasumsi bahwa Iran terlibat,” kata Haim Tomer, mantan perwira senior di badan intelijen luar negeri Israel, Mossad, kepada BBC.

Serangan roket terhadap Israel masih terus berlangsung di Jalur Gaza

“Kami melihat orang-orang seperti Saleh al-Arouri (kepala sayap militer organisasi tersebut) dan para pemimpin Hamas lainnya terbang bolak-balik antara Lebanon dan Iran, mengadakan pertemuan, termasuk dengan [Pemimpin Tertinggi Ayatollah] Khamenei sendiri.”

Namun “hubungan intim” ini tidak cukup untuk menjelaskan waktu terjadinya serangan, kata Tomer.

“Hamas sangat peka terhadap konflik internal di Israel,” katanya.

“Iran menopang dan mendukung setiap aspek logistik dan militer, namun menurut saya keputusan tersebut setidaknya 75% merupakan keputusan independen dari pimpinan Hamas.”

Keputusan untuk menyerang ‘diambil oleh Hamas’

Raz Zimmt, pakar Iran di Universitas Tel Aviv sepakat dengan apa yang dikatakan Tomer.

“Ini adalah kisah tentang Palestina,” ujarnya dalam unggahan di media sosial.

Menurut Wall Street Journal, Iran memberikan lampu hijau terhadap serangan itu dalam sebuah pertemuan di Beirut pada Senin (02/10).

Sumber Hamas dan Hezbollah yang tidak disebutkan namanya berujar kepada surat kabar itu bahwa pejabat Korps Garda Revolusi Islam Iran telah bekerja bersama Hamas sejak Agustus silam untuk melakukan operasi udara, darat dan laut yang kompleks pada hari Sabtu (07/10).

Rekaman video serangan Hamas menunjukkan tingkat kecanggihan yang jauh melebihi upaya organisasi tersebut di masa lalu untuk menembus pagar keamanan Israel di sekitar Jalur Gaza.

Penggunaan roket, drone, kendaraan, dan pesawat layang bertenaga listrik secara bersamaan menunjukkan bahwa perencana serangan telah mempelajari contoh-contoh perang hibrida terbaru lainnya, mungkin termasuk yang terjadi di Ukraina.

Akan tetapi, keputusan untuk melakukan serangan, menurut Raz, diambil “oleh Hamas, berdasar pada kepentingan mereka, dipicu dari realitas yang dialami warga Palestina”.

Ribuan warga Iran melakukan demonstrasi dan membawa bendera Palestina untuk mendukung Hamas dan perlawanan Palestina di Teheran, Iran, pada 07 Oktober 2023.

“Apakah Hamas menggunakan bantuan Iran? Tentu, iya. Apakah Iran memiliki kepentingan dalam aksi ini? Ya. Apakah Hamas memerlukan izin Iran untuk melakukan operasi ini? Tidak.”

Hamas telah mengembangkan unit elitnya selama beberapa tahun, kata Haim Tomer, mantan pejabat Mossad.

“Tetapi mereka tetap tampil di atas level sebelumnya,” katanya.

Brigade Al-Qassam, organisasi sayap Hamas, memusnahkan tank Israel saat asap membubung di dekat perbatasan Israel-Gaza di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.

Para pejabat Israel kini melihat ke arah utara dan selatan untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya dan apakah keterlibatan Iran bisa menjadi lebih terbuka.

Sekutu Iran di Lebanon, Hezbollah, telah meluncurkan dua serangan skala kecil ke Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Militer Israel berkata mereka telah menggunakan helikopter untuk menggempur sasaran di Lebanon.

“Operasi Hamas adalah peristiwa yang mengubah realitas di Timur Tengah yang mungkin mengharuskan Iran untuk beralih dari fase dukungan dan koordinasi yang sedang berlangsung ke fase keterlibatan yang lebih langsung, terutama jika respons Israel menimbulkan tantangan yang signifikan bagi Hamas,” kata Raz.

Asap mengepul pasca serangan udara Israel di Jalur Gaza pada 9 Oktober 2023.

Iran tidak mungkin memulai konflik dengan Israel

Oleh Kayvan Hosseini

BBC Persia

Mesin propaganda negara Iran tak henti-hentinya menggambarkan Yerusalem yang telah merdeka (Beit al Moghadas dalam bahasa Persia). Proklamasi yang berani pada tahun 2015 oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei bahwa “Israel tidak akan ada lagi dalam 25 tahun” menghiasi tembok kota dan spanduk di seluruh Iran.

Sistem penghitungan mundur secara simbolis berdiri di alun-alun Palestina di Teheran, yang merujuk pada ramalan kejatuhan Israel berdasarkan prediksi Pemimpin Tertinggi, merupakan bukti akan hal ini.

Meskipun ada pandangan agresif dari pemerintah, kepercayaan lama menyatakan bahwa ancaman-ancaman tersebut hanyalah gertakan belaka. Faktor-faktor seperti penyangga geografis, persepsi akan kehebatan militer Israel, dan dukungan Amerika yang tak tergoyahkan terhadap Israel membuat konflik besar-besaran tampak tidak masuk akal.

Jika konflik semakin intensif, akan sulit bagi pemerintah Iran untuk mengabaikan tantangan internal dan terjun ke dalam konflik yang sangat berbahaya. Setahun terakhir ini kita menyaksikan semangat revolusioner yang bisa dibilang merupakan ancaman eksistensial paling serius terhadap rezim tersebut dalam beberapa dekade terakhir.

Hal ini menggarisbawahi rapuhnya legitimasi rezim dan kekecewaan yang mendalam dan meluas terhadap rezim teokratis tersebut. Kenyataan seperti itu bahkan mungkin membatasi kemampuan rezim dalam mendukung sekutu-sekutu Palestinanya.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *